Malin Kundang

Malin Kundang

Saduran Anindhita Sovina Malika

 

 

Pada zaman dahulu, di sebuah desa nelayan di Air Manis, Sumatra Barat, hiduplah satu keluarga nelayan. Karena kebutuhan keuangan keluarga, sang ayah akhirnya memutuskan untuk pergi merantau menyebrangi lautan.

Namun, sang ayah tidak pernah kembali ke kampung dan meninggalkan istrinya, Mande Rubayah. Sang istri kemudian membesarkan anak mereka, Malin, seorang diri. Oleh sang ibu, Malin sering dikundang-kundang (dibawa ke mana saja). Oleh karena itu, sang anak mendapat panggilan baru, Malin Kundang.

Malin tumbuh sebagai anak yang pintar, tapi sedikit nakal. Malin sering mengejar ayam dan memukul mereka dengan sapu. Suatu hari, ketika Malin sedang mengejar ayam, Malin terjatuh dan tangannya terbentur sebuah batu. Luka itu meninggalkan bekas di lengannya.

Beranjak dewasa, Malin merasa iba pada ibunya yang harus bersusah payah menafkahi mereka, sehingga berniat untuk merantau bersama sebuah kapal dagang. Ketika menceritakan tentang niatnya, sang ibu tidak mengizinkan Malin untuk pergi. Ibu Mande tidak rela ditinggal anak semata wayangnya. Ibu Mande juga takut Malin akan menjadi seperti ayahnya yang pergi dan tidak pernah kembali ke kampung.

Meski ditolak sang ibu, Malin tidak berhenti membujuknya. Melihat kegigihan Malin, Ibu Mande pun mengizinkannya pergi, meski dengan berat hati. Setelah meyakinkan ibunya bahwa dirinya akan baik-baik saja, Malin pun pamit dan meninggalkan Ibu Mande seorang diri di desa.

Ketika sedang berlayar dalam perantauannya, sebuah kejadian buruk menimpa kapal yang ditumpangi Malin sehingga ia terdampar di sebuah pantai. Warga desa di pantai tersebut menyambut dan membantu Malin untuk tinggal dan bekerja di sana.

Malin bekerja dengan sangat rajin mengolah tanah desa yang subur dan menjadi semakin sukses. Malin memiliki 100 orang pekerja dan sejumlah kapal dagang sendiri. Setelah berhasil menjadi orang kaya, Malin pun mempersunting anak seorang saudagar kaya.

Sementara itu, Ibu Mande tidak pernah mendapatkan kabar apapun dari Malin selepas kepergiannya. Selama bertahun-tahun, Ibu Mande hanya bisa memandangi laut sambil berdoa agar anaknya selamat dan mengirimkan kabar, atau bahkan kembali ke desa.

Setiap kali ada kapal besar yang bersandar di desa, Ibu Mande selalu bertanya kepada nakhoda dan awak kapal tentang anaknya. Namun, tidak pernah ada yang membawa kabar atau titipan dari Malin.

Pada suatu hari Ibu Mande mendapat kabar tentang Malin. Namun ternyata bukanlah kabar baik yang diterima oleh Ibu Mande, ia mendapat kabar bahwa Malin telah meninggal dunia. Betapa hancur hatinya mendengar hal tersebut. Ia sangat kaget mendengar hal tersebut "Malin kenapa engkau meninggalkanku?"

Keesokan harinya ada kapal besar yang bersamdar di desa, tidak seperti biasanya Ibu Mande hanya membiarkannya, karena ia tahu bahwa Malin sudah meninngal dunia. Tiba-tiba ada warga ynag mendatangi rumahnya, ia bingung mengapa warga-warga mendatangi rumahnya. Namun hal yang tak disangka terjadi, warga memberitahu Ibu Mande bahwa kapal besar tersebut ternyata adalah kapal Malin. Ia sangat kaget karna yang ia tahu Malin sudah meninggal dunia. Ternyata kabar tersebut salah Malin masih hidup.

Akhirnya ia melihat siapa yang ada didalam kapal tersebut. Betapa kagetnya dia saat melihat Malin yang terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Berparas rupawan dan mapan, semua orang yang melihatnya terpesona akan ketampanannya. "Malin apakah benar ini kamu?" ucap Ibu Mande. Malin yang melihat ada wanita tua mendatanginya ia bingung, "Siapa kau? Minggir aku ingin mencari ibuku" ucap Malin. Ia tidak mengenalinya. "Malin apakah kamu tidak mengenaliku? Aku ibumu" ucap Ibu Mande. Malin tampak berfikir keras, ia tidak tahu harus mempercayainya atau tidak. "Aku ibumu Malin, aku sudah menacari kabarmu selama bertahun-tahun" ucap Ibu Mande. "Ibu maafkan aku yang telah meninggalkanmu selama bertahun-tahun" ucap Malin. "Kedatanganku kesini adalah karna aku ingin mengenalkan ibu pada calon istriku, perkenalkan bu ini Halimah". "Perkenalkan aku Halimah calon istri Malin" ucap Halimah. "Apakah ibu merestui kami?". Ibu Mande merasa bahagia melihat anaknya sudah memiliki calon istri ia sangat merestui keduanya, "Ibu sangat merestui kalian".

Halimah adalah gadis berparas cantik, tidak hanya cantik ia juga memiliki hati yang baik. Warga yang melihatnya terpana akan kecantikannya. Malin langsung jatuh cinta pada saat pertama kali ia melihatnya. 

Malin dan Halimah pun menikah. Acaranya pun sangat megah, mereka mengundang seluruh warga. Setelah selesai acara Malin dan Halimah pun pulang menggunakan kapal. Di tengah perjalanan hujan badai menerpa, ditengah malam yang gelap dan sunyi mereka hanya bisa mendengar hujan. Kapal mereka pun terombang ambing ditengah lautan. Malin dan Halimah pun sangat ketakutan, tapi apalah daya, mereka hanya bisa berdoa. Hal yang tak terduga pun terjadi, kapal mereka menabrak batu yang ada di tengah laut. Kapal mereka pun terbalik, Malin dan Halimah terjatuh kedalam gelapnya lautan. 

Mereka berenang ketepian untuk menyelamatkan diri. Akhirnya mereka sampai ke pulau yang tidak berpenghuni. Mereka berdua sangat bingung pada saat mereka sampai kesana, mereka lega karna selamat, namun mereka juga bingung karna pulau tersebut tak berpenghuni. Akhirnya mereka membangun rumah disana, mereka tidak punya pilihan lain.

Beberapa tahun kemudian Malin dan Halimah pun hidup bahagia. Mereka dikaruniai 2 anak yang berparas rupawan. Anak pertama mereka adalah anak laki-laki yang tampan, dan baik hati. Anak kedua mereka yang cantik, dan memiliki hati yang mulia. Mereka berdua sangat bersyukur memiliki anak-anak yang berhati mulia. Dan mereka hidup bahagia selamanya.

                                                                            TAMAT

Mereka berenang ketepian untuk menyelamatkan diri. Akhirnya mereka sampai ke pulau yang tidak berpenghuni. Mereka berdua sangat bingung pada saat mereka sampai kesana, mereka lega karna selamat, namun mereka juga bingung karna pulau tersebut tak berpenghuni. Akhirnya mereka membangun rumah disana, mereka tidak punya pilihan lain.

Kalimat utama:
"Akhirnya mereka sampai ke pulau tak berpenghuni".

Gagasan pokok:
"Dua orang yang selamat dari bahaya akhirnya tiba di pulau tak berpenghuni dan harus bertahan hidup disana"

Konjungsi:
"untuk, "karena", "pada saat", dan "namun"

 

Comments